Kamis, 26 Desember 2013

korosi besi


KOROSI BESI

I.                   Tujuan
·                     Mengamati perubahan/perkaratan pada besi
·                     Mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi
II.               Dasar Teori
Korosi merupakan proses degradasi, deteorisasi, pengerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat disekelilingnya tersebut. Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut juga perkaratan. Kata korosi berasal berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan logam. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan. Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatan setimbang ketika logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi. Padaal besi yang telah engalami korosi akan kehilangan nilai jual dan fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi khususnya pada besi. Selain itu dalam percobaan ini akan diketahui logam-logam apa sajakah yang dapat mencegah terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat kimianya.
Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang umm terdapat dalam kerak bumi. Besi cukup reaktif, bila dibiarkan diudara terbuka untuk beberapa lama akan mengalami perubahan warna yang biasa disebut perkaratan besi. Proses perubahan besi menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks yang mengikat oksigen :
Fe (s)     +          O2                                Fe2O3
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakn menjadi 2, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungannya. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa anorganik maupun organi. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam rungan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
Flour, hidrogen flourida beserta persenyawa-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Amoniak merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Amoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku dalam alat pendingin, juga sebagai bahan dalam pembutan pupuk. Bejana-bejana penyimpanan amoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulphur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang.
Oleh karena itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elktronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.
III.            Alat dan Bahan
Alat                                                                                           Bahan
§  Gelas piala 250 ml                                                               a. Larutan NaCl
§  Cawan petri                                                                         b. Agar-agar
§  Batang pengaduk                                                                c. Fenolftalein
§  Penanggas air                                                                      d. Aqudest
§  Paku beton dan paku payung                                              e. K3(Fe(CN)6)
§  Jarum pentul dan peniti
IV.             Cara Kerja
1. Disediakan paku beton, jarum pentul dan peniti masing-masing sebanyak 4 buah
2. Dimasukkan benda yang telah disediakan kedalam 4 cawan petri
3. Dimasukkan satu bungkus agar-agar + aquadest 210 ml  kedalam gelas piala 250 ml yang dipanaskan di atas penanggas
4. Dituangkan hasil adonan agar-agar panas sebanyak 35 ml kedalam masing-masing cawan petri hingga menutupi seluruh benda logamnya
5. Ditambahkan 3,6 mL K3Fe(CN)6 , PP, NaOH di masing-masing cawan petri
6. Diamati dan dicatat apa yang terjadi selama 30 menit, 1jam, 2jam, dan 24 jam.
V.                Hasil dan Pembahasan
Dari pengamatan yang kami lakukan diperoleh hasil sebagai berikut
Identitas
Gelas
Perubahan yang Terjadi
Agar-agar + sampel (Kontrol)
Setelah 30 menit: Tidak terjadi perubahan pada sampel
Setelah 60 menit: Belum mengalami perubahan
Setelah 2 jam: Tidak terjadi korosi
Setelah 24 jam: Sedikit mengalami korosi pada paku payung
Setelah 1 minggu: Sedikit mengalami korosi pada paku payung dan jarum
Agar-agar + sampel + lar. Nacl
Setelah 30 menit: Belum ada Perubahan
Setelah 60 menit: Terjadi perubahan, mulai timbul korosi pada pakudibagian bawah.
Setelah 2 jam:Terjadi perubahan, mulai timbul korosi pada paku jarum di bagian bawah
Setelah 24 jam: Terjadi perubahan, mulai timbul warna kuning di bagian agar2 yang dekkat paku payung
Setelah 1 minggu: Korosi terjadi pada paku payung, jarum dan paku kecil
Agar-agar + sampel + K3[Fe(CN)6]
Setelah 30 menit:Belum ada perubahan
Setelah 60 menit: belum terjadi korosi
Setelah 2 jam: Terjadi perubahan sedikit korosi di bagian bawah paku payung
Setelah 24 jam: Mengalami korosi di bagian tengah paku
Setelah 1 minggu: Mengalami korosi semua bagian paku payung dan sedikit pada jarum dan paku
Agar-agar + sampel + Lar. PP
Setelah 30 menit:Belum ada perubahan
Setelah 60 menit:Mulai mengalami perubahan
Setelah 2 jam:Terjadi perubahan, jarum menguning dan paku berubah menjadi hitam dibagian tengah
Setelah 24 jam:Terjadi perubahan, jarum menguning dan paku berubah menjadi hitam dibagian tengah
Setelah 1 minggu: Jarum terjadi korosi seluruhnya

Pembahasan
Dari hasil pengamatan tersebut, kita memberikan 4 perlakuan beda pada sampel yaitu sampel logam tidak di beri tambahan pada agar-agar (kontrol), sampel logam yang ditambahkan NaCl pada adonan agar-agar, sampel logam yang ditambahkan K3[Fe(CN)6] pada adonan agar-agar, sampel logam yang ditambahkan larutan PP pada adonan agar-agar.
Dari hasil pengamatan pada saat setelah 30 menit, 60 menit, 2 jam, 24 jam, dan 1 minggu kami mendapati bahwa pada medium kontrol hanya terjadi sedikit korosi pada paku payung, jarum dan paku kecil.Pada medium ke-2 yang ditambahkan NaCl sudah mulaiterjadi korosi setelah 1 jam, dan setelah 1 minggu semua logam mengalami korosi dan yang paling banyak mengalami korosi ialah pada paku payung yg seluruhnya menjadi kuning dan warna agar-agar pun berubah menjadi kuning, ini disebabkan karena logam mudah berkorosi pada senyawa garam. Pada medium ke-3 yang ditambahkan K3[Fe(CN)6]terjadi korosi juga setelah 2 jam tetapi hanya pada bagian bawah paku payung, setelah 1 haribaru terjadi korosi pada paku di bagian tengah yang di bengkokan dan setelah 1 minggu mengalami korosi semua bagian paku payung dan sedikit pada jarum dan paku karena memang senyawa ini juga merupakan garam yg dapat menyebabkan terjadinya korosi. Sedangkan  pada medium ke-4 yang ditambahkan larutan PP sama seperti sebelumnya baru terjadi korosi secara keseluruhan setelah 1 minggu dmna membuat paku menjadi hitam d bagian tengah dan paku payung menjadi kuning. Dari keempat medium ini keadaan paling cepat terjadinya korosi adalah pada medium 2 yang ditambahkan NaCl di bandingkan dengan keadaan lain tetapi pada medium ke-4 paku berwarna hitam. Hal ini di karenakan senyawa garam lebih cepat menyebabkan korosi.
Setelah di bandingkan ternyata secara keseluruhan hanya paku payung saja yang lebih cepat berkorosi dibandingkan jarum dan paku biasa serta paku beton. Penyebabnya adalah paku payung terbuat dari bahan besi murni, dan struktur bahannya tidak terlalu kompleks dibandingkan yang lainnya, bahannya pun mudah patah karena ikatan logamnya tidak begitu kuat dan sebagainya.Sedangkan paku yang di bengkokan lebih cepat berkarat dibandingkan paku yang lurus karena pada paku yang dibengkokan ikatan logamnya sudah terganggu sehingga mengakibatkan logamnya mudah teroksidasi.Korosi yang terjadi tidak begitu parah karena memang dalam percobaan ini sampel logam di tutup dengan agar-agar sehingga tidak ada oksigen yang masuk, namun karena agar-agar bersifat lembab dan mengandung air sehingga korosi tetap dapat terjadi

VI.             Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan kami dapat menyimpulkan bahwa diantaralogam paku payung, jarum, paku dan paku beton, yang paling mudah berkorosi adalah paku payung dan yang paling sulit mengalami korosi adalah paku beton karena korosi juga dipengaruhi oleh faktor dari bahan logam itu sendiri.
Sedangkan dari faktor lingkungan, sampel pada medium ke-2 lah yang paling cepat dan banyak mengalami korosi karena pada medium ini ditambahkan NaCl dan yang paling sedikit terjadi korosi adalah pada medium kontrol.
Dari percobaan ini di benarkan bahwa faktor korosi itu ada 2 hal yakni faktor dari bahan logam itu sendiri dan faktor lingkungannya.Adanya kontak dengan senyawa garam mengakibatkan logam dapat terjadi korosi dan kelembaban juga mempengaruhi terjadinya korosi pada logam. Agar tidak terjadi korosi pada logam jangan sampai besi terkontaminasi dengan air atau larutan yang dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi dapat berkarat. Jika kita menghindarkan besi dari air, maka besi tidak dapat bereaksi dengan oksigen yang  dapat membuatnya berkarat.

VII.         Daftar Pustaka
Radetyo, Iqbal, dkk.2012.Modul Praktikum “KIMIA ANORGANIK 1”.UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta
http//www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar