KOROSI BESI
I.
Tujuan
·
Mengamati
perubahan/perkaratan pada besi
·
Mengamati
proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi
II.
Dasar
Teori
Korosi
merupakan proses degradasi, deteorisasi, pengerusakan material yang disebabkan
oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi
redoks antara suatu logam dengan berbagai zat disekelilingnya tersebut. Dalam
bahasa sehari-hari korosi disebut juga perkaratan. Kata korosi berasal berasal
dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan logam. Jadi jelas korosi
dikenal sangat merugikan. Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan
lingkungannya, yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatan
setimbang ketika logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang
lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Besi adalah salah satu dari banyak jenis
logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun
kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi.
Padaal besi yang telah engalami korosi akan kehilangan nilai jual dan fungsi
komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Berdasarkan
dari asumsi tersebut percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya
peristiwa korosi khususnya pada besi. Selain itu dalam percobaan ini akan
diketahui logam-logam apa sajakah yang dapat mencegah terjadinya korosi sesuai
dengan sifat-sifat kimianya.
Besi
merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang umm terdapat
dalam kerak bumi. Besi cukup reaktif, bila dibiarkan diudara terbuka untuk
beberapa lama akan mengalami perubahan warna yang biasa disebut perkaratan
besi. Proses perubahan besi menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks yang
mengikat oksigen :
Fe (s) + O2 Fe2O3
Faktor
yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakn menjadi 2, yaitu yang berasal
dari bahan itu sendiri dan dari lingkungannya. Faktor dari bahan meliputi
kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada
dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan
meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia
yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat
menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk
senyawa anorganik maupun organi. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke
udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam rungan yang terlalu asam
atau basa dapat mempercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam
ruangan tersebut.
Flour,
hidrogen flourida beserta persenyawa-persenyawaannya dikenal sebagai bahan
korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan
organik. Amoniak merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam
kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk
gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Amoniak dalam kegiatan industri umumnya
digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku dalam alat
pendingin, juga sebagai bahan dalam pembutan pupuk. Bejana-bejana penyimpanan
amoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan
pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka
partikel aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara
terdapat belerang atau sulphur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida
belerang.
Oleh
karena itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai
dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak,
bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi
pada peralatan elktronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang
menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi,
tetapi juga korban nyawa.
III.
Alat
dan Bahan
Alat Bahan
§ Gelas piala 250 ml a.
Larutan NaCl
§ Cawan petri b.
Agar-agar
§ Batang pengaduk c.
Fenolftalein
§ Penanggas air d.
Aqudest
§ Paku beton dan paku payung e.
K3(Fe(CN)6)
§
Jarum
pentul dan peniti
IV.
Cara
Kerja
1.
Disediakan paku beton, jarum pentul dan peniti masing-masing sebanyak 4 buah
2.
Dimasukkan benda yang telah disediakan kedalam 4 cawan petri
3.
Dimasukkan satu bungkus agar-agar + aquadest 210 ml kedalam gelas piala 250 ml yang dipanaskan di
atas penanggas
4.
Dituangkan hasil adonan agar-agar panas sebanyak 35 ml kedalam masing-masing
cawan petri hingga menutupi seluruh benda logamnya
5.
Ditambahkan 3,6 mL K3Fe(CN)6 , PP, NaOH di masing-masing cawan petri
6.
Diamati dan dicatat apa yang terjadi selama 30 menit, 1jam, 2jam, dan 24 jam.
V.
Hasil
dan Pembahasan
Dari pengamatan
yang kami lakukan diperoleh hasil sebagai berikut
Identitas
Gelas
|
Perubahan yang Terjadi
|
Agar-agar + sampel (Kontrol)
|
Setelah 30
menit: Tidak terjadi perubahan pada sampel
Setelah 60
menit: Belum mengalami perubahan
Setelah 2
jam: Tidak terjadi korosi
Setelah 24
jam: Sedikit mengalami korosi pada paku payung
Setelah 1
minggu: Sedikit mengalami korosi pada paku payung dan jarum
|
Agar-agar + sampel + lar. Nacl
|
Setelah 30
menit: Belum ada Perubahan
Setelah 60
menit: Terjadi perubahan, mulai timbul korosi pada pakudibagian
bawah.
Setelah 2
jam:Terjadi perubahan, mulai timbul korosi pada paku jarum di bagian bawah
Setelah 24
jam: Terjadi perubahan, mulai timbul warna kuning di bagian agar2 yang dekkat paku payung
Setelah 1
minggu: Korosi terjadi pada paku payung, jarum dan paku kecil
|
Agar-agar + sampel + K3[Fe(CN)6]
|
Setelah 30
menit:Belum ada perubahan
Setelah 60
menit: belum terjadi korosi
Setelah 2
jam: Terjadi perubahan sedikit korosi di bagian bawah paku payung
Setelah 24
jam: Mengalami korosi di bagian tengah paku
Setelah 1
minggu: Mengalami korosi semua bagian paku payung dan sedikit pada jarum dan
paku
|
Agar-agar + sampel + Lar. PP
|
Setelah 30
menit:Belum ada perubahan
Setelah 60
menit:Mulai mengalami perubahan
Setelah 2
jam:Terjadi perubahan, jarum menguning dan paku berubah
menjadi hitam dibagian
tengah
Setelah 24
jam:Terjadi perubahan, jarum menguning dan paku berubah
menjadi hitam dibagian
tengah
Setelah 1
minggu: Jarum terjadi korosi seluruhnya
|
Pembahasan
Dari hasil pengamatan
tersebut, kita memberikan 4 perlakuan beda pada sampel yaitu sampel logam tidak
di beri tambahan pada agar-agar (kontrol), sampel logam yang ditambahkan NaCl
pada adonan agar-agar, sampel logam yang ditambahkan K3[Fe(CN)6]
pada adonan agar-agar, sampel logam yang ditambahkan larutan PP pada adonan
agar-agar.
Dari hasil pengamatan
pada saat setelah 30 menit, 60 menit, 2 jam, 24 jam, dan 1 minggu kami
mendapati bahwa pada medium kontrol hanya terjadi sedikit korosi pada paku
payung, jarum dan paku kecil.Pada medium ke-2 yang ditambahkan NaCl sudah mulaiterjadi
korosi setelah 1 jam, dan setelah 1 minggu semua logam mengalami korosi dan
yang paling banyak mengalami korosi ialah pada paku payung yg seluruhnya
menjadi kuning dan warna agar-agar pun berubah menjadi kuning, ini disebabkan
karena logam mudah berkorosi pada senyawa garam. Pada medium ke-3 yang
ditambahkan K3[Fe(CN)6]terjadi korosi juga setelah 2 jam
tetapi hanya pada bagian bawah paku payung, setelah 1 haribaru terjadi korosi
pada paku di bagian tengah yang di bengkokan dan setelah 1 minggu mengalami
korosi semua bagian paku payung dan sedikit pada jarum dan paku karena memang
senyawa ini juga merupakan garam yg dapat menyebabkan terjadinya korosi. Sedangkan pada medium ke-4 yang ditambahkan larutan PP
sama seperti sebelumnya baru terjadi korosi secara keseluruhan setelah 1 minggu
dmna membuat paku menjadi hitam d bagian tengah dan paku payung menjadi kuning.
Dari keempat medium ini keadaan paling cepat terjadinya korosi adalah pada
medium 2 yang ditambahkan NaCl di bandingkan dengan keadaan lain tetapi pada
medium ke-4 paku berwarna hitam. Hal ini di karenakan senyawa garam lebih cepat
menyebabkan korosi.
Setelah di bandingkan
ternyata secara keseluruhan hanya paku payung saja yang lebih cepat berkorosi
dibandingkan jarum dan paku biasa serta paku beton. Penyebabnya adalah paku
payung terbuat dari
bahan besi murni, dan struktur bahannya tidak terlalu kompleks dibandingkan
yang lainnya, bahannya pun mudah patah karena ikatan logamnya tidak begitu kuat
dan sebagainya.Sedangkan paku yang di
bengkokan lebih cepat berkarat dibandingkan paku yang lurus karena pada paku
yang dibengkokan ikatan logamnya sudah terganggu sehingga mengakibatkan
logamnya mudah teroksidasi.Korosi yang terjadi tidak begitu parah karena memang
dalam percobaan ini sampel logam di tutup dengan agar-agar sehingga tidak ada
oksigen yang masuk, namun karena agar-agar bersifat lembab dan mengandung air
sehingga korosi tetap dapat terjadi
VI.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah kami
lakukan kami dapat menyimpulkan bahwa diantaralogam paku payung, jarum, paku
dan paku beton, yang paling mudah berkorosi adalah paku payung dan yang paling
sulit mengalami korosi adalah paku beton karena korosi juga dipengaruhi oleh
faktor dari bahan logam itu sendiri.
Sedangkan dari faktor lingkungan,
sampel pada medium ke-2 lah yang paling cepat dan banyak mengalami korosi
karena pada medium ini ditambahkan NaCl dan yang paling sedikit terjadi korosi
adalah pada medium kontrol.
Dari percobaan ini di benarkan bahwa
faktor korosi itu ada 2 hal yakni faktor dari bahan logam itu sendiri dan
faktor lingkungannya.Adanya kontak dengan senyawa garam mengakibatkan logam
dapat terjadi korosi dan kelembaban juga mempengaruhi terjadinya korosi pada
logam. Agar tidak terjadi korosi pada logam jangan sampai besi terkontaminasi
dengan air atau larutan yang dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi dapat
berkarat. Jika kita menghindarkan besi dari air, maka besi tidak
dapat bereaksi dengan oksigen yang dapat membuatnya berkarat.
VII.
Daftar Pustaka
Radetyo, Iqbal, dkk.2012.Modul Praktikum “KIMIA
ANORGANIK 1”.UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar